Pages

Sunday, June 30, 2013

Arsitek Wannabe



Arsitek.., its my dream. My opinion, Arsitek itu adalah sosok pemimpi yang tahu mimpinya, dan berani menjadikan mimpinya menjadi kenyataan. Mendesign sebuah interior rumah, kemudian membangun rumah yang sama dengan yang kita impikan adalah suatu prestasi.
        Setelah memutuskan di SPMB untuk tidak akan mengambil Arsitektur sebagai pilihan jurusan untuk dimasuki dengan berbagai pertimbangan, maka pada saat itu saya sudah memutuskan untuk tidak akan bisa terjun ke dunia Arsitek. Ternyata saya salah. Kalau sudah naluri dan minat ada, maka akan ada sedikit bakat terpendam yang bisa di asah.
        Tau dimana ini naluri atau minat, Hmm.., kalau saya ke Gramedia pasti langsung cari pojokan rak bagian Arsitektur. Ngeliat design interior dari ruang tamu, dapur, kamar dan lainnya. Atau design eksterior untuk taman ataupun gazebo. Dan saya akan sangat betah berlama-lama di sana dibandingkan di bagian pojokan rak statistic. Hehe.. (Maklum kalau di bagian arsitektur, bisa sekalian cuci mata ngeliat rumah-rumah bagus. Kalau dibagian statistik, isinya buku rumus yang dari zaman behaulak gak bakal berubah. Hoho..)
        Nah.., tau dari mana kalau saya punya bakat ngedesain?? Gak tau juga sih bakat atau gak!! Tapi sejak SD saya suka bikin denah rumah sampai SMA, sayangnya gak saya bukukan. Maklum hanya dibuat di kertas coretan atau di halaman belakang catatan pelajaran. Kalau tidak mungkin kumpulan desain itu bisa dijual. (Hoho.., itu mah beneran contoh mimpi di siang bolong!)
 Ada satu formula yang lahir dari tulisan ini:
 Minat + Bakat + Semangat = Karya
Contohnya:
Lagi searching di google tentang informasi “penyerapan TIK (teknologi Informasi komunikasi)” untuk modal tambahan untuk bahan survey penyerapan dan penggunaan sarana TIK, eh malah nyasar ke bagian web arsitek gitu. Maka bergantilah keyword di kotak google dengan kata “design rumah modern”.
Dan dengan semangat 45, akhirnya hari itu yang saya lakukan adalah langsung mencoba-coba membuat denah rumah dengan mencoret di sebuah kertas HVS, design yang diinginkan, kemudian searching-searching di internet contoh design rumah minimalis (Ternyata arsitek itu ngedesain gak manual lagi euy udah  pake software), Akhirnya kembali menemui mbah google dan minta pencerahan tentang software apa yang bisa di gunakan? Dari beberapa software yang direkomendasikan maka saya pilih Home Plan Pro.
Karena membuat designnya di sela-sela pekerjaan jadinya satu designpun belum ada yang jadi. Saya putuskan melanjutkannya di rumah. Alhasil satu design selesai dengan perjuangan yang cukup melelahkan?
Melelahkan gimana?? Yupp.., mata ini harus konsentrasi di depan laptop beberapa jam padahal di kantor udah ngeliat layar PC juga. Tapi bukan itu masalahnya! Masalahnya adalah ketika satu design selesai dan akan di save maka laptop ini merajuk dan langsung error, walaupun saya sudah control+S berkali-kali tetap aja gak ke save yang ada malah not responding. Kebodohan yang mestinya tak dilakukan adalah tekan task manager, klik home plan pro dan end task ( Don’t try at home, karena karya anda yang tidak tersimpan akan hilang ditelan bumi maya).
Jadi ingat dengan nasib satu tahun yang lalu, ketika udah selesai ngedesain kuesioner skripsi, dan ternyata tidak tersimpan dan saya harus mengulang membuat kuesioner lagi. Dan mala mini, sejarah kembali terulang dari pada saya tidur dengan ketidaknyamanan maka saya putuskan menyelesaikan dan membuat kembali desain rumah impian. Hoho.. Akhirnya, man jadda Wa jadda..
Taraa… Inilah hasil design denah rumah amatiran dari seorang statistisi yang pernah bermimpi menjadi Arsitek. 

  

No comments:

Post a Comment