Pages

Saturday, June 30, 2012

Apa itu , Nak?


Seorang wanita tua yang berumur 73 tahun duduk – duduk santai di teras belakang rumah ditemani anaknya yang sedang sibuk mengetik di depan sebuah laptop yang berukuran 10 inch.  Sudah dua puluh menit lebih dia duduk disamping anaknya, tapi dari tadi sang anak  tidak mengajaknya berbincang-bincang. Sepertinya layar kecil itu lebih menarik dan menyita perhatian anaknya dari pada keberadaan Si Wanita Tua itu sendiri.
Waktu berlalu , 1 jam lamanya…
Masih belum ada pembicaraan apa-apa diantara mereka berdua.
“Sesibuk itukah anak ku? Apa yang dilakukannya? Apa dia sudah makan?”Banyak pertanyaan yang ingin disampaikan Si Ibu kepada Si Anak. Tapi Si Ibu hanya menyimpan pertanyaan itu di kotak pikirannya. Hingga suatu ketika , burung merpati hinggap di pohon  mangga yang ada di depannya.
“Nak.., Apa itu?” Seru Si Wanita Tua tiba-tiba. Si anak yang kira-kira berumur 38 tahun melihat kearah yang ditunjuk Si Ibu,  kemudian dia berkata
“Itu burung merpati , Bu”
Si Ibu mengangguk.., kemudian burung merpati itu terbang berpindah  ke atas batu yang ada di tengah kolam ikan.
“Nak , itu apa?” Si Wanita Tua itu kembali bertanya.
            “Ibuuu.., tadi saya sudah bilang. Itu burung merpati.” Si anak merasa terganggu dengan ocehan ibunya tapi dia kemudian melanjutkan pekerjaan kantornya. Kemudian sang anak fokus lagi ke pekerjaannya dengan membiarkan 10 jarinya menari dengan indah di atas keyboard.
Burung merpati itu kemudian terbang kearah sang wanita tua dan hinggap di salah satu pinggiran bangku yang ada di teras belakang rumah.
“Nak, kalau itu apa?” gumam si wanita tua itu.
“ Ibu..!” keluar nada tinggi dari sang anak , seperti nada bentakan.
“Ibu gak ngerti-ngerti ya? Kan  udah berkali-kali saya bilang kalau itu burung merpati!” Sang anak kesal dengan ibunya. Kesal karena pekerjaannya terganggu.
Si Ibu hanya diam. Anaknya membentaknya hanya karena dia yang selalu bertanya. Hatinya sakit tapi dia tetap diam. Kemudian dia berjalan pelan-pelan ke  dalam rumah kemudian mengambil buku lusuh yang selalu disimpannya dilemari.

Saturday, June 23, 2012

Si Lampu merah


Lampu merah itu menurutku adalah lampu merah terlama di Jakarta. Tak Usah sebutkan tempatnya,yang pasti lampu merah itu berada didekat sebuah Mall yang terhubung dengan sebuah Hotel bintang 4 dan berhadapan dengan sepuluh percabangan jalan . Kembali ke topik cerita , “ Si Lampu Merah”
Sebenarnya lampu yang ada pada “Si lampu merah” tidak hanya merah , juga ada warna lain yaitu kuning dan hijau. Tapi entah kenapa kebanyakan orang lebih senang menyebut “Si Lampu merah”. Mungkin bagi kebanyakan orang Si kuning dan Si hijau kurang eksis aja kale ya.
Lampu merah yang bagi sebagian orang , sangat menjengkelkan. Lampu merah yang membuat seseorang lama sampai dirumah padahal mereka sudah begitu lelah dengan aktivitas hariannya , lampu merah yang membuat kemacetan beratus meter, lampu merah yang membuat para penumpang angkot harus lama berkipas-kipas dengan tangannya , lampu merah yang membuat gondok para supir dan pengguna sepeda motor.
Bayangkan , lampu merah itu berdurasi lima menit , bisa membuat kaki penumpang busway jadi kesemutan dan pegel , terutama di jam pulang kerja.
Tapi adakah yang berpikir , bahwa lampu merah itu berkah bagi sebagian orang. Yaitu bagi pengamen-pengamen , anak jalanan dan pedagang asongan. Bagi mereka 5 menit itu sangat berarti. Dan waktu 5 menit itu terlalu pendek bagi mereka. Tapi dengan keterbatasan waktu mereka harus mengumpulkan pundi-pundi uang (Mestinya pundi-pundi emas) . Dari receh ke reaceh berikutnya dan dari duit ribuan ke ribuan lainnya. Untuk bertahan hidup di kota yang menjanjikan kemewahan sekaligus penderitaan.
Dalam waktu yang bersamaan keluhan dan sumpah serapah keluar dari mulut para penumpang dan pengguna jalan raya  dan dalam waktu yang bersamaan pula syukur dari para pengemis , anak jalanan, dan pedagang asongan .

#5 menit dalam keluhan dan syukur