Memang kata yang terdiri
dari lima huruf yaitu C-I-N-T-A adalah sebuah topik yang menarik untuk dibahas.
Tapi saat ini kita tidak akan membahas cinta monyet, cinta buta atau istilah
cinta sejati dari sepasang insan. Yang akan kita bahas saat ini adalah cinta
yang melimpah ruah dari insan yang pernah menjadikan dirinya separuh kita.
Sosok yang selalu memberikan kenyamanan, yang memberikan pengorbanan melebihi
nyawanya senidri, yang memberikan lebih dari separoh malamnya untuk memastikan
kita terlelap dengan nyenyak, yang membiarkan kita makan dengan lahap, yang
senantiasa berdoa untuk kita. Cinta dari
siapakah itu? Yup.., benar sekali. Cinta
dari sang ibu.
Wanita
cantik yang anggun menurutku adalah ibuku. Dibalik kesederhanaannya telah
terbukti kehebatannya dalam membesarkanku dan saudara-saudaraku. Bekerja di
rumah sakit sebagai perawat dengan jadwal dinas yang terkadang mengharuskannya
meninggalkan pekerjaan rumahnya dan kemudian menyelesaikannya setelah membantu
menyelamatkan nyawa orang lain adalah kebanggaan sendiri bagiku. Dan kalau
urusan penampilan, ibuku sangat sederhana, termasuk cara berpakaiannya. Jika
sekarang sedang trend memakai jilbab dengan style
hijabers maka ibuku dengan kesetiaannya tetap memilih model jilbab yang
lama. Dan itu tidak mengurangi kecantikannya sedikitpun.
Jika
sebagian besar ibu-ibu di kota besar yang aku lihat, sibuk memperhatikan
penampilannya, baju yang dipakai, sepatu yang digunakan, tas yang dibawa, merk
tas branded atau tidak. Maka ibuku tidak akan pernah menjadi bagian dari
ibu-ibu itu. Karena ibuku tidak pernah memperhatikan barang bermerk. Dia akan
membeli barang ketika membutuhkannya dan lebih mempertimbangkan fungsinya
ketimbang merknya (karena ibuku tidak kenal baik juga dengan barang-barang
branded, hehe..). Ibuku lebih memilih untuk menggunakan uangnya untuk
membelikan perlengkapan anaknya untuk sekolah dan sehari-hari ketimbang untuk
dirinya sendiri. Dan ketika dia mendapat makanan dari rumah sakit sehabis
mengoperasi, misalnya martabak mesir atau nasi goreng, maka dia akan membawanya
pulang dan memberikannya kepada kami. Anak-anaknya, dan membiarkan kami makan
dengan lahapnya.. malah saking lupa diri, kami menghabiskannya sendiri (memang
anak yang mendekati sifat si malin ini. hehe..)
Gayanya
sederhana, tutur kata dan sifatnya juga sederhana. Jika ada yang bertanya
siapakah menurutmu orang tersabar? Maka dengan mantap aku akan menjawab ibuku.
Kadang untuk kepentingan orang lain dia mengorbankan kepentingannya sendiri.
Walaupun orang telah berlaku tidak adil dengannya maka ibuku akan tetap
tersenyum. Dia akan selau terlihat riang gembira di depan semua orang.
Sepertinya baginya tidak ada masalah yang besar dalam hidup ini. Karena nyatanya
kita selalu bersama dengan yang Maha Besar.
Kalau
aku disuruh membayangkan wajah sosok ibu, maka akan terbayang wajah cantik
ibuku yang dari tahun ke tahun semakin menua dan rambutnya semakin banyak yang
memutih, tapi untuk “satu hal” yang akan tetap sama yaitu cita rasa masakan
ibu. Apalagi pical dan racikan sambal baladonya, khas banget..!! (Pingin bisa
pinter masak kayak ibuku, tapi.. sepertinya aku masih jauh dari se ekspert
beliau). Buktinya saja, aku makan bertahun-tahun dengan masakan ibuku tidak
pernah bosan, sedangkan sejak merantau ini, sekalipun makan masakan padang
ataupun warteg, tetap saja ada kalanya bosan menyerangku. Dan masakan ibu
menjadi alasan utama untuk pulang dan membuat homesick.
Dan
jika ada yang bertanya, apa ibuku hanya bisa memasak? Apa beliau juga pintar?
Maka aku menjawab dan akan membela dengan jawaban santai, Ibu ku memang tidak
sehebat anda dibidang yang anda kuasai tapi ibuku ahli dibidang yang
dikuasainya yaitu medis. Jadi wajar saja jika ibuku tidak mengerti fisika,
statistik ataupun kimia.
Dengan
semua kelebihan dan kekurangan ibuku, I just wanna say that.. Mom, you are my
everything.
No comments:
Post a Comment