Pages

Showing posts with label just my mind. Show all posts
Showing posts with label just my mind. Show all posts

Monday, September 23, 2013

Kampung Kekal

Nyiapin untuk pulang kampung aja.., sibuknya minta ampun. Perasaannya gimana?? Senang banget kan? Berkumpul dengan keluarga besar, ayah, ibu, adek, kakak dan ponakan. Sibuk beliin oleh-oleh, nyiapin packing untuk pulang kampung. Nah…, selain itu juga ada yang sibuk nyari tukaran duit untuk lebaran (ngasih angpao neh ceritanya).
Pokoknya kebanyakan orang ingin ketika dia pulang kampung nanti banyak hal yang bisa dilakukan. Mungkin sudah membayangkan hal-hal yang akan dilakukan ataupun tempat-tempat yang akan dikunjungi. Baik tempat saudara, taman hiburan atau hanya sekedar berwisata kuliner.
Untuk persiapan pulang kampong, juga tidak ketinggalan ritual untuk memeriksa keadaan kendaraan! Apakah aman untuk dipakai untuk bepergian jauh? Cek mesin? Roda de el el.
Nah.., gimana persiapanmu sebenarnya untuk benar-benar pulang kampung ke akhirat? Bingung kan? Takut kan? Ngerasa belum siap? Ngerasa belum maksimal melakukan kebaikan dan ibadah dimuka bumi ini? Tidak sibukkah kamu untuk mempersiapkan kepulanganmu ke kampung yang kekal layaknya persiapanmu untuk pulang kampung lebaran?
Sudahkah kamu memanfatkan bulan ramadhan yang lalu dengan sebaik-baiknya? Bulan yang sangat penuh dengan ampunan.
Jika kamu hanya diam atau bingung harus menjawab apa. Maka jangan mencari dan mengupayakan berbagai alasan yang kamu buat dan kamu jadikan sebagai kambing hitam. Maka lakukanlah persiapan yang baik di dunia ini untuk persiapan di dunia dan di kampung kekal nanti.

#Genggamlah dunia di tanganmu dan Allah di hatimu, agar bahagia di kampong kekal nanti. 

Wednesday, August 14, 2013

Zero point

Adakalanya kita merasa kekurangan di tengah kelebihan, kesepian ditengah kebisingan, dan kebingungan ditengah ketenangan. Bukan situasi galau yang kita hadapi, tapi lebih dari itu yaitu ketika kita merasa berada di “zero point”. Kita merasa tak ada yang istimewa dalam hidup kita, hingga akhirnya hati kitapun mati rasa untuk merasakan syukur dan bahagia.
Kita seakan tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, hanya sekedar mengikuti arus dan mulai melupakan impian dan cita-cita yang dulu pernah singgah di memori kita. Situasi itu tidaklah terlalu buruk, jika hanya sekedarnya saja, dan dalam waktu singkat terjadi dalam hidup kita. Karena setelah menyadari kondisi itu kita langsung melakukan perubahan (hijrah) dan melakukan kehidupan yang lebih dinamis dan penuh semangat dalam berbagai kondisi (yang disetiap aktivitasnya ada syukur yang terucap dibibir dan dihati) maka percayalah!! Hidup seperti itulah yang sepantasnya kita lewati dan sekaligus juga diimpikan oleh banyak orang.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang?? Dalam upaya untuk melepaskan diri dari “zero point”??
1.   Membiarkan satu pikiran dalam satu waktu.
Bukan berarti kita melupakan masalah dan kepentingan yang lain, tapi ada kalanya kita butuh untuk konsentrasi dan focus terhadap sesuatu hal tanpa diganggu pikiran lain yang bisa membuat tingkat kefokusan kita berkurang, apalagi jika hal itu saling bertentangan dan sangat berat. Dan hal ini jika dianalogikan dalam beribadah adalah kekhusyukan dalam sholat.
2.   Terima kenyataan bahwa kita berada disini sekarang.
Tidak ada gunanya menyesali pilihan kita dimasa lalu, ataupun merasa takut dengan kehidupan kita dimasa depan. Kita hanya perlu menyadari bahwa saat ini adalah saat yang terbaik dalam hidup kita untuk melakukan kebaikan dalam pekerjaan dan hidup untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Dan kurangi berandai-andai dalam kehidupan jika nyatanya dalam actionpun kita masih kurang.
3.   Tidak lagi memikirkan balas jasa dari setiap amalan kita.
Istilahnya adalah keikhlasan yang berteman dengan kepasrahan kepada Allah SWT. Titik dan fase kehidupan yang membuat seseorang mencapai titik ini adalah orang yang menyadari penuh bahwa hidupnya di dunia ini adalah sebagai hamba Allah yang senantiasa untuk beribadah kepada Allah. Ketika kita memberi maka kita tidak akan lagi memikirkan apakah yang dibantu akan membalasnya? Apakah dia akan menghargainya? Apakah yang diberi bisa berbuat baik kepada kita? Percayalah Allah punya hitungan timbangan sendiri dalam menilai amalan dan kebaikan kita.
#Kita disini adalah aku, kamu dan kalian semua termasuk mereka. J


Tuesday, July 16, 2013

Hidup itu Singkat



Ketika seseorang dilahirkan ke muka bumi, fitrahnya orang tersebut akan diazankan dan ketika orang tersebut meninggal maka dia akan disholatkan. Semuanya sesuai dengan aturan dan perintah Allah SWT, dan semuanya itu bukanlah tanpa makna. Skenario kehidupan seseorang, meskipun beratus bahkan beribu potongan episode, tetap saja waktu seorang untuk hidup itu sangat singkat, hanya antara azan dan sholat. Meskipun umur seseorang bertambah dari waktu ke waktu, sebenarnya kesempatan kita berkurang dimuka bumi ini dan langkah kita akan semakin dekat dengan kematian.
Tetapi meskipun manusia itu sadar bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, nyatanya waktu yang mereka habiskan untuk mencintai dunia lebih banyak ketimbang mencintai akhirat. Mereka lebih disibukkan dengan investasi “masa depan” ketimbang investasi untuk “masa kekal”. Dan hanya sebagian kecil dari umat manusia yang menggenggam dunia ditangannya dan Allah SWT di hatinya.
Tetapi meskipun manusia itu sadar bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, nyatanya masih banyak yang menghabiskan waktunya untuk membenci orang lain, dendam dan iri kepada orang lain, membiarkan diri untuk mengingat kesalahan-kesalahan orang lain dan sibuk membenarkan asumsi pribadi yang banyak didominasi prasangka negatif. Padahal hidup ini terlalu singkat untuk dilalui dengan hal negative dan prasangka yang menghancurkan pahala ibadah manusia.
Tetapi meskipun manusia itu sadar bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara, nyatanya masih banyak yang menghabiskan waktunya untuk mengingat kesalahan masa lalu dan lupa bahwa Allah akan menjanjikan yang terbaik kepada umatnya bagi umatnya yang mau berusaha, bersabar dan bersyukur.
Jadi.., hidup itu singkat. Dan bila nyatanya kita masih menjadi bagian dari kebanyakan umat manusia itu maka saatnya kita isi hidup ini dengan hal positif yang mendekatkan kita kepadaNya. Innasholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alaminn..

Sunday, June 30, 2013

Marhaban Ya Ramadhan



Yuhu…., tanggal 1 july. Tanggal istimewa untuk sebagian orang. Karena ada yang gajian (tp tidak termasuk saya ..,hehe..) . Jadi bagi mereka mungkin akan mengatakan marhaban gajian sekaligus marhaban ya ramadhan. Dan saya cukup mengatakan marhaban ya Ramadhan…
Marhaban untuk bulan yang dinantikan. Bulan penuh ampunan dan pengharapan. Bulan yang menjadi titik barometer semangat ibadah. Kenapa?? Karena ketika di bulan ini kita kan berlomba-lomba untuk beribadah, berlomba-lomba untuk sedekah, berlomba-lomba untuk mengkhatamkan Alquran, berlomba-lomba untuk berzikir.  FASTABIQUL KHAIRAT…..
Jika dibulan ramadhan saja kita bisa baca lebih dari 2 atau 3 juz sehari, berarti kita juga bisa melakukannya di bulan lain (teorinya :)  tp kalau prakteknya : ( .. Wallahualam ya..!!) . Pokoknya jangan  pesimis dulu, optimis aja, ramadhan ini akan menjadi Ramadhan terbaik dibanding Ramadhan sebelumnya. I believe it.  Pasang target sendiri dan katakan I don’t care dengan ocehan orang lain, I don’t care dengan pandangan orang lain. Lakukan aja yang terbaik menurutmu dengan semaksimal mungkin.
Ayo, jadi orang baik yang selalu memperbaiki diri dengan cara baik agar bertambah orang baik dimulka bumi ini. Amiiinn..
Ayo, jadi orang peduli yang lebih peka dan mempedulikan orang lain agar bertambah kepedulian orang lain kepada kita dan bertambah jumlah orang yang peduli di muka bumi ini. Amiinnn….




Wednesday, June 12, 2013

Ada Apa Dengan Naik Gunung??

Kenapa Naik Gunung itu kata orang capek. Dan kata orang itu benar lho.
Bayangin aja, kita melewati rute yang panjang, mendaki medan yang menantang, nafas ngos-ngosan. Tapi percayalah rasa capek itu akan terbayar ketika kita mendapatkan bonus tambahan ketika mendaki gunung yaitu puncak dan sun rise. Bayangkan juga ketika kita berada ditengah-tengah hamparan bunga edelweis. Bunga yang gak akan pernah tumbuh di halaman rumah kita.hehe.., dan ketika kita berada dipuncak seakan kita sedang berada di negri di atas awan.
Naik gunung itu kata orang ribet ngurus persiapannya. Dan kata orang itu benar adanya.
Maklum aja, di alam nanti gak kayak ditengah kota. Kalau mau makan gak ada restoran mesti masak sendiri, kalau mau tidur, gak ada penginapan, so bikin tenda sendiri. Bawa perlengkapan pribadi termasuk beberapa perlengkapan yang membantu kita untuk survive nantinya.
Naik gunung itu kata orang gak terjamin makannya, kebersihannya, dan keamanannya. Dan kata orang itu tidak salah.
Wajar aja gak terjamin makannya, karena rata-rata makanan yang menjadi sahabat setia para pendaki adalah mie instan. Dan kenikmatan makan mie instan di gunung beda lo ketika di rumah. Saya jamin lebih enak ketika di gunung, Tapi saya dan beberapa orang teman belibis sangat menikmati waktu masak memasak dan makan ketika naik gunung. Kami sangat memanjakan perut ini untuk pemenuhan gizi. Dengan senang hati kami akan memasak sup, tempe balado,roti bakar de el el ketika di atas gunung. Bahkan kami pernah membawa rendang juga. Hoho… dan tidak ketinggalan dessert buah-buahan dan nutrijel. Hehe.. rempong juga ya kita J
Kalau kebersihannya memang sedikit kurang, karena kita memang akan bersahabat dengan yang namanya tanah. Tapi untuk masalah yang satu ini kan sudah diatasi oleh tissue dan hand sanitizer. So.. gak masalah kan?? Nah.., kalau urusan keamanan memang sedikit rawan. Kita tidak pernah tahu bahwa nyawa kita bisa saja terancam oleh binatang buas (ular,harimau atau babi hutan) atau medan yang tidak menguntungkan. Tapi percayalah, kalau niat kita baik maka keadaan akan baik-baik saja. Tetap positive thinking aja.

Tapi entah kenapa saya tidak mempedulikan kata orang-orang itu, karena dari pengalaman saya pribadi. Naik gunung itu kegiatan yang melelahkan memang iya tapi lelah raga aja. Karena pada nyatanya hati ini menikmati kelelahan yang ada dan selalu berbahagia dengan yang saya lewati dalam perjalanan. Banyak hal yang kita dapat ketika naik gunung. Tentang arti kesetiakawanan, tolong menolong, kepemimpinan dan ketenangan dalam menghadapi situasi yang jauh dari kenyamanan dan keserba instan. Dan yang utama adalah akan semakin banyak nikmat Allah yang kita rasakan selama perjalanan.
# Jika tak ada jiwa bersyukur pada diri, sekembali kita dari gunung, maka sadarilah saat itu kita gagal mendaki gunung. Karena sebenarnya gunung kesombongan yang di dalam diri sendiri masih belum bisa kita takluk kan sendiri.
# INGAT!! Kita naik gunung adalah untuk kembali ke rumah dengan selamat, sedangkan puncak dan sunrise hanyalah bonusnya.
# Dan sedikit alasan simple saya naik gunung adalah, Siapa tahu ketika sholat digunung yang berada beribu meter diatas permukaan laut, yang semakin dekat dengan langit, dan kemudian saya berdoa maka penghuni langit akan cepat menjabah doa’ saya (Haha.., maunya). Karena jarak antara tempat kita menyampai kan doa lebih dekat dibanding kita berdoa di rumah. Haha.. alasan yang tidak logis memang, tapi memang begitulah adanya.
(Tulisan yang lahir karena Si empunya blog gak jadi ke semeru. Hehe.. lebih tepatnya pendakian yang tertunda untuk tahun 2013 ini J ).


Sunday, May 26, 2013

Step Out of The Comfort Zone



“Coba aja dulu!”
“Usaha aja dulu..!”
Terkadang tiga kata itu ampuh untuk membuat seseorang untuk bergerak dan dinamis dalam menjalani hidup. Tiga kata itu bisa membuat seseorang step out of the comfort zone, seseorang akan keluar dari zona nyamannya. Zona yang aman tapi tidak memberikan perubahan lebih dalam hidup seseorang.
Ada yang bilang, “agar hidup ini tidak membosankan, kita memang perlu sekali-kali keluar dari zona nyaman kita dan melakukan aktivitas yang tidak biasa”. Tapi tentunya aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang sarat dengan nilai positif dan tentunya juga bernilai ibadah.
Ketika kita melakukan sesuatu yang baik, sepertinya kita tidak harus berpikir panjang, bukan berarti kita tidak matang dalam melakukan perencanaan hidup tetapi untuk sebuah kebaikan itu lebh dibutuhkan aksi lebih dari pada pikir lebih.
“Coba aja dulu!”
“Usaha aja dulu..!”
Mengenai hasilnya nanti itu urusan belakangan. Yang penting niatnya baik. Apalagi sekarang sudah mendekati Ramadhan, bisa jadi ajang untuk lebih memperbaiki diri lagi. Jadi.., kembali menghafal Alquran ya?? Kembali memurajaah hafalan yang sudah mulai memudar. Niatkan semua karena Allah SWT.  Tidak ada kata terlambat. Yang penting sekarang adalah ”keluar dari zona nyaman kita, yang sering santai, bermalas-malasan, nonton TV, dan  banyak becandaan. Mulai diganti dengan aktivitas positif.
Sekali lagi tidak ada kata terlambat di dunia ini termasuk urusan bertaubat. Sehabis ikut pengajian di istiqlal, motivasi untuk menghafal jadi meningkat. Melihat nenek-nenek yang bisa menghafal Alquran dan masih semangat untuk menghafal Alquran. Ternyata ssia senja tidak membuatnya putus asa. Suaranya masih lantang membacakan ayat-ayat suci Alquran. Dan tidak jauh dari si empunya blog, duduk seorang anak umur kira-kira 8 tahun, juga bersemangat menghafal Alquran. Mantap.. dalam hitungan beberapa menit dia bisa cepat menghafal sepotong ayat. Secara.., daya tangkap anak-anak memang lebih cepat, apalagi mereka masih polos dan belum terlalu banyak dosa seperti orang dewasa.  Apa yang saya dapatkan disana?? Menghafal Alquran itu adalah KeMAUan bukan KeMAMPUan. Karena untuk masalah kemampuan Allah sendiri yang menjaminnya. Dan Dialah sebaik-baiknya penjamin.
Selain itu saya juga pernah baca hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh (HR. Tirmidzi).
Dan tidak seorangpun tentunya yang ingin hidup sebagai sosok yag dianalogikan sebagai rumah kumuh yang akan runtuh. Jadi supaya bisa menjadi rumah yang bersih, rapi, besar, dan elite maka kesimpulan yang saya ambil adalah banyak-banyaklah menghafal ayat-ayat Alquran. J

#Dan memang, jika saat ini saya belum mampu memberikan kado umroh kepada kedua orang tua maka moga hafalan saya nantinya bisa menjadi kado lain di akhirat untuk mereka berdua. Sebuah mahkota yang dijanjikan Allah untuk mereka. Amiiinn….
”Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dunia pada hari kiamat nanti, kalaulah sekiranya ada bersama kalian, maka apa perkiraan kalian tentang orang yang mengamalkannya (al-Qur’an)?”
(HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim)

Sunday, May 19, 2013

Mentoleransi kesalahan


Mungkin saat ini, sering kita dengar atau melihat bahwa orang-orang sering mentoleransi kesalahan.  Untuk hal-hal yang sudah jelas salah, orang-orang cendrung memberikan pemakluman akan kejadian atau sikap tersebut. Tapi ketika seseorang melakukan dan menjalani kebenaran maka banyak yang beranggapan bahwa itu kaku dan tidak fleksible. Sebenarnya apa yang benar-benar terjadi saat ini??
Bingung kan?? Dari tadi yang punya blog ngomongin apa? Bahas apa? Topiknya apa?? Hehe..., maklum sedang belajar membuat bahasa yang sedikit abstrak.
Mungkin untuk lebih jelasnya saya jelaskan dengan contoh sederhana aja kali ya...
Ketika azan berkumandang, banyak orang yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Mereka bukannya langsung beranjak untuk sholat, tetapi malah tetap asik dengan aktivitas masing-masing. Kita semua tau bahwa menunda waktu sholat itu salah. Tetapi kita mentoleransinya karena beranggapan pekerjaannya masih banyak atau kesibukan yang dilakukan akan sayang kalau ditinggalkan. Menunda sholat adalah perbuatan yang salah, kemudian karena kesibukan dan bla bla bla maka ditoleransi untuk sholat tidak tepat waktu. Karena sudah biasa sholat di ujung waktu maka itu menjadi kebiasaan pada diri seseorang. Sehingga melalaikan sholat bukan lagi masalah baginya. Lainnya.., saat ini kasus MBA “hampir” menjadi kasus yang dianggap biasa di masyarakat. Ketika Si A menikah dan ketahuan karena MBA, orang-orang berkata: “maklumlah karena pergaulan bebas, Si A itukan kalau pacaran bla bla bla...”. Sebenarnya pemakluman untuk yang salah itu kurang tepat. Karena kenyataannya tindakan si A itu memang salah. Dan pemakluman dari masyarakat bisa menjadikan MBA menjadi hal yang lumrah dan tidak aneh lagi.
Sebuah kesalahan yang di toleransi nanti akan membuat kita menganggap kesalahan itu menjadi sesuatu yang biasa. Ketika kita menganggap kesalahan itu biasa saja, maka lama kelamaan kita akan menjadikan yang salah itu menjadi kebiasaan dan jika dipertahankan dalam waktu lama maka akan menjadi karakter yang melekat pada diri seseorang. Ini mungklin teori sederhana dari Si empunya blog.., tapi belajar dari pengalaman hidup, memang begitu adanya. Karena terkadang sadar tidak sadar yang empunya blog untuk beberapa hal masih mentolerir kesalahan.
Ini memang bukan ajang untuk menjudge seseorang lebih baik dari orang lain, tetapi lebih kepada saling mengingatkan kepada kita. Ketika hati kita tidak lagi sensitif dengan kesalahan dan akhirnya hati kita a mati rasa dengan kesalahan yang kita perbuat.Maka patut kita pertanyakan kondisi ruhiyah kita saat ini!!
#Kurangi mentolerir kesalahan atau hal yang sudah tahu bahwa itu salah dan selalu lakukan perbaikan diri.

Saturday, April 6, 2013

Jadi Ibu Cerdas II

Nah.., bener kan..!! Abis nulis tulisan sederhana yang diakui penulis sebagai tulisan yang sedikit cerdas. Aha…, beberapa detik kemudian dapat inspirasi untuk menulis lanjutan tulisan yang sebelumnya. Tentang apa?? Ya tentang si Anak dan si emak di edisi “Jadi Ibu Cerdas”. Disela-sela ngajar, kalau gak salah, waktu itu aku lagi ngajar matematika. Tiba-tiba Si Anak nanyain
“Kakak dibayar mama sekali ngajar itu berapa?” tanyanya dengan tampang polos.
            Aku mesti jawab apa ya? Si adik nanyanya tiba-tiba sih. Hmm…akhirnya aku sebutin nominal bayaran aku per pertemuannya. Si adek itu langsung diam. Trus mencoret-coret angka nominal yang aku sebutkan di bukunya.
            “Kak, kalau aku nabung sepuluh ribu tiap hari untuk seminggu ini,  berarti aku bisa bayar mama untuk ngajar aku pas weekend nanti ya..!!” (Tumben, hitungan matematikanya cepet, biasanya ngitung penjumlahan biasa aja si adek susah banget, maklum sedikit terbatas si adik dalam hal hitungan..)
Glekk…, makjleb juga kata-kata si adik. Tetap aja sepertinya si anak pingin ibunya langsung yang ngajarin dia. Sebegitu berharganya waktu kebersamaan antara anak dan ibu, sampai-sampai si anak mau membeli waktu ibunya barang sejam atau dua jam saja.
Ya.., walaupun kata orang “anak-anak ibu kota lebih cuek dengan sekitar termasuk orang tuanya”. Tapi menurut saya tetap saja fitrah anak itu ingin dekat dengan orang tuanya.
Jangan sampai ketika anak-anak masih balita, orang tua mengatakan tak ada waktu untuk anaknya. Ketika sang anak remajapun orang tua tak ada waktu melihat perkembangan mereka. Ketika anak telah dewasapun, orang tua masih tak punya waktu untuk anaknya. Maka jangan salahkan si anak, ketika orang tua menjadi tua yang sangat renta, sang anakpun tidak punya waktu untuk orang tua mereka. Karena mereka tidak belajar arti perhatian dan kepedulian dari orang tua mereka di sepanjang waktu hidup mereka.