Pages

Saturday, April 6, 2013

Jadi Ibu Cerdas II

Nah.., bener kan..!! Abis nulis tulisan sederhana yang diakui penulis sebagai tulisan yang sedikit cerdas. Aha…, beberapa detik kemudian dapat inspirasi untuk menulis lanjutan tulisan yang sebelumnya. Tentang apa?? Ya tentang si Anak dan si emak di edisi “Jadi Ibu Cerdas”. Disela-sela ngajar, kalau gak salah, waktu itu aku lagi ngajar matematika. Tiba-tiba Si Anak nanyain
“Kakak dibayar mama sekali ngajar itu berapa?” tanyanya dengan tampang polos.
            Aku mesti jawab apa ya? Si adik nanyanya tiba-tiba sih. Hmm…akhirnya aku sebutin nominal bayaran aku per pertemuannya. Si adek itu langsung diam. Trus mencoret-coret angka nominal yang aku sebutkan di bukunya.
            “Kak, kalau aku nabung sepuluh ribu tiap hari untuk seminggu ini,  berarti aku bisa bayar mama untuk ngajar aku pas weekend nanti ya..!!” (Tumben, hitungan matematikanya cepet, biasanya ngitung penjumlahan biasa aja si adek susah banget, maklum sedikit terbatas si adik dalam hal hitungan..)
Glekk…, makjleb juga kata-kata si adik. Tetap aja sepertinya si anak pingin ibunya langsung yang ngajarin dia. Sebegitu berharganya waktu kebersamaan antara anak dan ibu, sampai-sampai si anak mau membeli waktu ibunya barang sejam atau dua jam saja.
Ya.., walaupun kata orang “anak-anak ibu kota lebih cuek dengan sekitar termasuk orang tuanya”. Tapi menurut saya tetap saja fitrah anak itu ingin dekat dengan orang tuanya.
Jangan sampai ketika anak-anak masih balita, orang tua mengatakan tak ada waktu untuk anaknya. Ketika sang anak remajapun orang tua tak ada waktu melihat perkembangan mereka. Ketika anak telah dewasapun, orang tua masih tak punya waktu untuk anaknya. Maka jangan salahkan si anak, ketika orang tua menjadi tua yang sangat renta, sang anakpun tidak punya waktu untuk orang tua mereka. Karena mereka tidak belajar arti perhatian dan kepedulian dari orang tua mereka di sepanjang waktu hidup mereka.

No comments:

Post a Comment