Menghabiskan
weekend ditengah hari kerja dengan aktivitas adventure dadakan memang terasa
luar biasa. Ibarat musafir yang teresat di padang pasir dan bertemu dengan
sebuah telaga. Maklum rencana naik gunung “geulis” di awal februari kemaren memang
tidak direncanakan. Tiba-tiba salah seorang teman yang tinggal di Bandung
ngajakin naik gunung, langsung aja dijawab iya. Katanya dia bakal naik bareng dua
orang teman SMA dan “teman sekosannya”. Asumsinya “teman sekosan” itu banyak
tho? Mungkin teman sekosannya sekitar 6 orang, tambah 2 teman SMA, jadi 8
orang. Nambah saya dengan satu orang teman mah gak papa. Ternyata
saudara-saudara, arti imbuhan “se” pada sekosan itu bukan “semua” teman kosnya,
tapi cuma satu orang yang sama kosannya dengan teman si empunya blog. Salah
prediksi ternyata. Tapi minimal nambah satu kenalan euy.. Dan anaknya lucu
level spesialist. Kita tidak akan pernah berhenti tertawa karena kepolosan dan
leluconnya.
Lanjut
ke perjalanan naik gunungnya, bermodalkan ketidaktahuan, insting dan kepercayaan, akhirnya kami sampai
juga di “pucuk” nya (maksudnya puncak gunung). Medan yang dilewati lumayan
bikin berdarah-darah, serius!! jalurnya
cukup jelas, tapi kanan kirinya di tumbuhi ilalang. Tau kan ilalang? Ilalang
itu bro (gaya the comment banget..), salah satu lirik lagu anak-anak, puk
ame-ame ilalang kupu-kupu #gubrak gak nyambung.
Gara-gara
ilalang itu tangan pada lecet dan gatal. Pake baju lengan panjang aja gatel dan lecet, apalagi
teman si empunya blog yang pake baju lengan pendek pas naik gunung, gak
kebayang luka-luka dan gatel tingkat dewa yang dirasain teman si empunya blog.
Perjalanan
yang ditempuh dari jatiroke ke puncak lebih kurang dua jam dan turunnya 1,5
jam. Lumayan untuk jalan seru-seruan dengan teman-teman. Tapi ibarat kata
pepatah, bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian. Gak papa, sakit dikit
yang penting mata dan mata hati jadi tenang pas di puncak. Ngelihat jatinangor dari
puncak gunung, ngeliat awan dengan sudut pandang lurus. Alhamdulillah.. lafal
yang akan selalu terucap sesampai di puncak.
Perjalanan
ini cukup mengingatkan empunya blog bahwa sepertinya fisik untuk modal naik
gunung udah mengalami kemunduran. Maklum nafas udah mulai cepat ngos-ngosan,
gara-gara vakum naik gunung dan malas olah raga setahun ini. Dan seperti biasa semuanya bisa muncak bukan karena kekuatan fisik tapi karena spirit J
mmmhhh.. akhirnyooo di post jga cerita about petualangan Geulis... nice story ntil... i like it.. :D
ReplyDelete