Mungkin
saat ini, sering kita dengar atau melihat bahwa orang-orang sering mentoleransi
kesalahan. Untuk hal-hal yang sudah
jelas salah, orang-orang cendrung memberikan pemakluman akan kejadian atau
sikap tersebut. Tapi ketika seseorang melakukan dan menjalani kebenaran maka
banyak yang beranggapan bahwa itu kaku dan tidak fleksible. Sebenarnya apa yang
benar-benar terjadi saat ini??
Bingung
kan?? Dari tadi yang punya blog ngomongin apa? Bahas apa? Topiknya apa?? Hehe...,
maklum sedang belajar membuat bahasa yang sedikit abstrak.
Mungkin
untuk lebih jelasnya saya jelaskan dengan contoh sederhana aja kali ya...
Ketika
azan berkumandang, banyak orang yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Mereka bukannya
langsung beranjak untuk sholat, tetapi malah tetap asik dengan aktivitas
masing-masing. Kita semua tau bahwa menunda waktu sholat itu salah. Tetapi kita
mentoleransinya karena beranggapan pekerjaannya masih banyak atau kesibukan
yang dilakukan akan sayang kalau ditinggalkan. Menunda sholat adalah perbuatan
yang salah, kemudian karena kesibukan dan bla bla bla maka ditoleransi untuk
sholat tidak tepat waktu. Karena sudah biasa sholat di ujung waktu maka itu
menjadi kebiasaan pada diri seseorang. Sehingga melalaikan sholat bukan lagi
masalah baginya. Lainnya.., saat ini kasus MBA “hampir” menjadi kasus yang
dianggap biasa di masyarakat. Ketika Si A menikah dan ketahuan karena MBA,
orang-orang berkata: “maklumlah karena pergaulan bebas, Si A itukan kalau
pacaran bla bla bla...”. Sebenarnya pemakluman untuk yang salah itu kurang
tepat. Karena kenyataannya tindakan si A itu memang salah. Dan pemakluman dari
masyarakat bisa menjadikan MBA menjadi hal yang lumrah dan tidak aneh lagi.
Sebuah
kesalahan yang di toleransi nanti akan membuat kita menganggap kesalahan itu
menjadi sesuatu yang biasa. Ketika kita menganggap kesalahan itu biasa saja,
maka lama kelamaan kita akan menjadikan yang salah itu menjadi kebiasaan dan
jika dipertahankan dalam waktu lama maka akan menjadi karakter yang melekat
pada diri seseorang. Ini mungklin teori sederhana dari Si empunya blog.., tapi
belajar dari pengalaman hidup, memang begitu adanya. Karena terkadang sadar
tidak sadar yang empunya blog untuk beberapa hal masih mentolerir kesalahan.
Ini
memang bukan ajang untuk menjudge seseorang lebih baik dari orang lain, tetapi
lebih kepada saling mengingatkan kepada kita. Ketika hati kita tidak lagi
sensitif dengan kesalahan dan akhirnya hati kita a mati rasa dengan kesalahan
yang kita perbuat.Maka patut kita pertanyakan kondisi ruhiyah kita saat ini!!
#Kurangi
mentolerir kesalahan atau hal yang sudah tahu bahwa itu salah dan selalu
lakukan perbaikan diri.
No comments:
Post a Comment