Pages

Sunday, February 12, 2012

2 Cerita 2 Cinta


Cerita ini rencananya akan dimulai dengan potongan kalimat  “Pada suatu hari” tapi setelah dipikir-pikir istilah itu sudah sangat umum bahkan mendarah daging dalam dunia persilatan tulis menulis (hehe. Lebay..). Akhirnya diputuskan dengan kata yang tak jauh beda yaitu “Di minggu Pagi yang Indah itu”
Di minggu pagi yang indah itu , hari itu terasa indah bukan karena hari itu hari libur melainkan karena aktifitas pagi yang cukup berbeda dari pagi-pagi biasanya . Jogging di pagi hari menjadi kegiatan yang membuat hari itu lebih istimewa . Apalagi  untuk  mahasiswa yang kadang hampir melupakan arti penting olahraga untuk tubuh yang selalu terporsir didepan layar yang berukuran 14 inc (bisa ditebak sendiri apakah itu TV, laptop , atau malah dua-duanya J).
Mengitari dua putaran taman komplek cukup melelahkan bagi Sang mahasiswa. Mahasiswa itupun langsung memilih kursi yang ada dipojokan taman untuk melepas kepenatannya dan mengganti aktifitas olah raga menjadi olah mata.
Lirik ke kanan-kiri ada sekumpulan anak ABG dan beberapa pasang muda-mudi terlihat menikmati kegitan jogging mereka (mungkin ini hal yang biasa dan bukan sesuatu yang terlalu menarik untuk diceritakan). Tiba-tiba mata Sang mahasiswa menangkap ada sepasang orang tua yang cukup berumur (read kakek nenek) . Mereka berlari kecil . Sang kakek selalu memberikan semangat kepada Sang nenek  lewat teriakannya . Dengan sisa-sisa kekuatannya Sang nenek bisa mengitari taman kompleks  didampingi oleh Sang kakek. 
Sang kakek langsung menyerahkan botol air minum. Seuntai senyum terbentuk di wajah lelah Sang nenek. Nenek itu hanya menggeleng, ia malah menyerahkan botol minum itu kepada Sang kakek. Mungkin dia berharap Sang kakek lah yang pertama kali minum . Apa karena dia pikir Sang kakek lebih lelah darinya karena di sepanjang jalan tadi sang kakek terus berceloteh  menyemangatinya dan tentunya energi Sang kakek lebih banyak terkuras dibanding sang nenek atau Sang nenek memberikan kesempatan umtuk minum pertama kali karena baginya Sang kakek adalah imamnya. Tak ada yang tau  alasan pastinya kecuali Sang nenek.
Sebuah ungkapan cinta yang bisa dilihat dan dirasakan orang lain, Ungkapan cinta yang tulus dari sepasang insan yang telah melewati hidup bersama puluhan tahun lamanya. Sebuah bukti pengukuhan dari janji yang dulu pernah mereka ucapkan. Sebuah masa tua yang ingin dilewati dan diimpikan oleh banyak orang.
Entah mengapa pemandangan itu menjadi menarik bagi sang mahasiswa. Dan ternyata yang mengamati kejadian itu tidak hanya Sang mahasiswa karena seorang bocah laki-laki yang duduk disampingnya juga memperhatikan kakek nenek itu. Sayangnya tatapan Si bocah terlihat sendu . Apa yang dipikirkan anak yang mungkin masih berumur 6 tahun ini?
“Knapa dek?Kok cemberut gitu?”Tanya Sang mahasiswa ,yang ditanya hanya menggeleng lemah tapi matanya tetap ke arah sepasang kakek nenek yang saat ini sedang duduk-duduk santai di bawah pohon jati .
“ Mereka itu kakek nenekmu?” Tanya Si mahasiswa penasaran. Sang bocah menggeleng lagi.
Sang mahasiswa bingung sendiri.
“Kakak punya orang tua?” akhirnya bocah ini mengeluarkan suara juga. Si mahasiswa mengangguk.
“Aku juga punya.” Si bocah bergumam sendiri tanpa diminta.
“ Kakak dan aku  lahir karena ada cinta diantara kedua orang tuakan?”
          Apa maksud pembicaraan anak ini.Dia masih dibawah umur . Cinta yang bagaimana yang dimaksudkannya? Tidak mungkin cinta dalam pengertian nafsu atau hubungan orang dewasa. 
“Maksudnya , dek? “ tanya Si mahasiswa .
“Orang bilang aku dilahirkan karena cinta kedua orang tuaku, aku hidup karena mendapatkan cinta dari mama dan papa.”
“Hmmm…, iya” Mahasiswa itu mengangguk .
“Berarti kalau tidak ada lagi cinta diantara mama dan papa , buat apa lagi aku hidup,  Kak? Kan tidak ada cinta lagi yang bisa mereka bagi!”
“Deg…,” beberapa potong kalimat yang membuat Sang mahasiswa merasa semuanya berhenti bergerak untuk beberapa detik, diam dan dingin. Anak ini tidak sedang berniat mengakhiri hidupnya kan? Atau kata-kata tadi hanya spontanitas keluar dari mulut sang bocah.
“Memang ada apa dengan mama papanya, Dek?”
“Mereka akan bercerai” kata Sang bocah dengan datarnya.
Masih sulit bagi Sang mahasiswa untuk mempercayai bahwa anak seumuran itu bisa berpikir seperti itu , bahkan melahirkan suatu rumusan baku tentang cinta .

Jika  tidak ada cinta diantara kedua orang tua maka tidak akan ada cinta yang dibagi untuknya.
Jika tidak ada cinta untuknya maka untuk apa dia hidup
Karena dia dilahirkan dari cinta.

Apa yang bisa dikatakan kepada anak ini. Rumus baku itu salah. Bahasa apa yang bisa digunaknnnya. Mahasiswa itu terdiam. Anak itu juga terdiam . Mereka sama-sama diam.
“ Dek, menurut kakak , adek memang lahir dari cinta kedua orang tua, dan Allah lah yang memberikan rasa cinta itu, meskipun cinta mama dan papa adek tidak ada lagi , cinta dari Allah itu tetap ada selamanya. Jadi kalau adek Tanya adek hidup untuk apa? Ya… untuk menjaga cinta Allah itu.”
Mahasiswa itupun kemudian menggaruk-garuk kepalanya. Apa bahasanya tadi terlalu tinggi ya?
Sang bocah menatap dalam mata Si mahasiswa mencoba mencari pembenaran dari jawaban mahasiswa itu.
“Cara menjaga cinta allah gimana?”
“Berbakti kepada orang tua dan banyak-banyak berdoa moga cinta diantara mama papa adek bisa tumbuh lagi.” jawab si mahasiswa mantap.
“Ooo.., ya udah , aku pulang dulu , mau berdoa kepada Allah” anak itu langsung berlari menjauhi Sang mahasiswa.
Tiba-tiba sang mahasiswa menepuk jidatnya sendiri. Kenapa dia tidak menanyakan nama anak itu. Perkenalan singkat dengan anak yang namanya belum sempat dikenal tapi memberikan kesan yang sangat mendalam
 Di minggu pagi yang indah itu juga , Sang mahasiswa mendapatkan pelajaran perihal cinta yang berbeda dari generasi yang berbeda dan dengan sudut pandang yang berbeda. Moga doa Sang anak dkabulkan Allah nantinya , hingga anak tadi bisa melihat kedua orang tuanya tetap menjaga cintanya hingga tua seperti kakek nenek tadi.










No comments:

Post a Comment