Pages

Tuesday, May 21, 2013

Belajar dari Survey Online


Ruangan kantor pada sepi, Cuma beberapa orang staf dan anak-anak magang. Maklum para bos dan beberapa staff sedang konsinyering ke Bandung (Enak kayaknya, lumayan untuk refreshing skalian perbaikan gizi euy.. , maklum  namanya juga anak kosan. Hehe.. ngerasa special banget kayaknya kalau nginap di hotel n gratis. J ). Karena sepi.., kerjaan juga gak lagi numpuk alias santai. Jadinya kita-kita ngerasa lebih banyak becandanya dari pada kerja. Hoho.. ketauan banget ya…mentang-mentang gak ada bos. Hehe..
Dari becandaan itu, tiba-tiba lahirlah sebuah ide yang bisa meningkatkan respon rate masyarakat terhadap survey BPS sehingga nantinya akurasi data BPS juga bisa meningkat. Nah Lho??  Ada yang bingung ne kayaknya, respon rate itu apa??
Oo.. respon rate itu tingkat respon masyarakat atau perusahaan terhadap survey BPS. Karena pada kenyataannya tidak semua rumah tangga atau perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam setiap survey BPS siap  dan bersedia menjadi responden. Alhasil akan ada kuesioner yang akan kosong.

Nah.., Dari sumber salah satu kasubdit XXX di BPS Pusat, respon rate untuk survey BPS secara umum tampaknya mengalami penurunan.  Hal ini mungkin disebabkan karena berbagai hal. Misalnya: karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah secara umum dan BPS khususnya, masih kurang sadarnya masyarakat tentang arti pentingnya data dalam pembangunan dalam upaya mencerdaskan bangsa,  rendahnya kepedulian beberapa perusahaan terhadap data. Dan saat ini BPS sendiri sedang mengevaluasi diri untuk bisa mencari solusi untuk setiap permasalahan. Nah back to the topic ya, maklum kalau disuruh mikir berat untuk nyelesaiin masalah negri ini dalam semalam sepertinya mustahil juga ya!! lanjutan cerita tadi gimana??? Oya..

Nah.., Ceritanya berawal dari salah seorang teman yang sedang mengisi survey online (Maklum kalau anak statistic itu, mainannya di internet itu survey on line). Survey ini gak cuma-cuma, yang ngisi survey bakal dapat point dan dari point yang dikumpulkan bakal didapatkan vocher lumayan beberapa ratus ribu di gramedia, JCO, matahari, carefour, de el el. Lumayan kan.., kayak iseng-iseng ngisi survey sambil membunuh waktu dengan hal yang bermanfaat skalian nabung duit juga kan. Survey pun via email. Jadi sebenarnya dari pada FB atau twitteran mending ngisi survey kan?? Hoho statistik banget.
Tiba-tiba kepikiran.., seandainya setiap survey BPS ada point yang diberikan untuk masyarakat dan setelah sampai pada point tertentu maka masyarakat bisa menukarkannya berupa voucher bahan sembako atau BBM sepertinya respon rate akan meningkat. Karena ada yang didapatkan langsung oleh masyarakat dari partisipasi mereka terhadap survey BPS. Dan skalian meringankan ekonomi masyarakat juga kan.. terutama yang ekonominya menengah kebawah. Malah bisa-bisa mereka berbondong-bondong jadi responden BPS (My Dreams).
Bayangkan!! Dengan beratus-ratus survey setiap tahunnya dan 3 Sensus Akbar BPS, berapa point yang bisa dikumpulkan?? Banyakkan..hmm tapi…, masalahnya sekarang, mau ngedapetin dananya dari mana??? Duit negara? Sepertinya peluangnya kecil sekali karena dana untuk ketersediaan data dari APBN saja tidak bisa dikatakan cukup. Jadi, apa perlu cari sponsor??? Nah.., susah juga kan, kalau instansi yang independent punya sponsor. Keindependenannya nanti malah dipertanyakan..
Ya.., mungkin untuk dalam waktu dekat imajinasi dan ide ini belum bisa terealisasi, moga beberapa tahun lagi ide ini bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan respon rate sekaligus kualitas data BPS. Aminn..

No comments:

Post a Comment