Pages

Tuesday, March 13, 2012

Hanya Butuh Usaha Lebih


Duduk sendirian di halte busway itu sungguh sangat tidak menyenangkan. Mending kalau ada orang lain yang juga menunggu busway , paling gak ada yang bisa diperhatiin atau ada orang yang bernasib sama dengan kita “menunggu dengan ketidak pastian”.
Seandainya tadi aku bareng teman-teman mungkin menunggu ini bukan sesuatu yang membosankan. Kalau ada mereka , pasti ada yang bisa mengalihkan pikiranku.
 5 menit pertama ……….., waktu berlalu  tanpa ada satupun busway yang lewat.
15 menit berikutnya…… , yang lewat Cuma busway jurusan Kampung Melayu.
Ngerasa nasib diri kayak lagu ini:
“bis sekolah (read busway) yang ku tunggu-tunggu..
tiada yang datang .
Kutelah  lelah berdiri-berdiri ,
 menanti-nanti….”
 (lanjutan liriknya lupa neh..)
20 menit berikutnya….. , busway jurusan PGC – harmoni masih tak kunjung lewat .
Jadi kepikiran sendiri..,
hidup itu memang untuk menunggu.
 Kalau mau makan, nunggu nasi matang.
Kalau mau mandi, nunggu ada air.
Kalau mau sholat. nunggu azan.
Kalau mau wisuda , nunggu skripsi selesai.
Kalau mau barang dagangan laku, nunggu ada pembeli.
Kalau mau nikah nunggu jodoh datang.
 Pantesan lahir teori antrian dalam riset operasional (haha.. sepertinya pikiranku mulai ngasal ne)
Akhirnya… datang juga. Bukan busway seh , tapi akhirnya ada teman juga buat nungguin di shelter (walaupun hanya anak tetangga, yg penting aku  gak sendirian ) Bener kan ! Anak itu langsung nyamperin aku,  tapi kok kepalanya  nunduk gitu.? Jadi pingin nanya tapi takut ntar dibilang sok nyampurin urusan org lain.
Apa mungkin dia menunduk , berdoa biar busway cepat datang ya??(efek kelamaan menunggu) , tapi sepertinya tidak!!
“Hmm…, Helen kok tampangnya sedih gitu?” aku memberanikan diri untuk bertanya. Tapi gadis yang kupanggil Helen itu hanya menggeleng.
“Lagi sedih ya?” tanyaku lagi. Dia mengangguk. Si Helen ini lagi sariawan ya? Kok pertanyaanku Cuma dijawab dengan anggukan dan gelengan kepala.
“Kak.., minggu lalu ada test IQ di sekolah , hasilnya tadi dah kluar.” Ujarnya tiba-tiba.
“Trus gimana hasilnya?” tanyaku penasaran.
“IQ ku rendah kak, aku jadi minder sama teman-teman  .“
“Ooo…, pantesan auranya suram!” “
“Apa kak?”
“Kagak knapa-napa!” sepertinya Helen tidak menyimak kata-kataku barusan.
“ Helen.., IQ tinggi tidak menjamin seseorang itu bakal sukses nantinya dan tidak menjamin seseorang itu bakal juara kelas .Dalam alquran aja dijelasin kalau Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu berusaha. Bukan karena kaum itu memilik IQ yang tinggi kan?” Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku.
 “Tapi kak.!!” Helen sepertinya mau protes.
Ibaratnya IQ tinggi adalah ember ,IQ rendah itu adalah gayung, ilmu adalah air . maka kamu hanya butuh usaha lebih banyak dengan gayung yang kamu miliki dibanding temanmu yang memiliki ember untuk mengisi air ke sebuah Bak yang kosong ! “
Gadis yang baru menginjak kelas 2 SMP ini mulai tersenyum.
“Dapat kata-kata bijak dari mana kak?”
“Hmm.., dari orang yang sudah merasakan asam garam kehidupan!hehe..”
“Haha.., by the way , mau ke mana Kak?”
“Ke Harmoni.”
“ Lo.., Busway yang barusan lewatkan mau ke harmoni kak, Kok kakak gak naik?”
“Ha????” hopeless sendiri. Gara-gara ada teman ngobrol malah gak merhatiin busway yang lewat.
                                                         







No comments:

Post a Comment