Duduk sendirian di halte busway itu
sungguh sangat tidak menyenangkan. Mending kalau ada orang lain yang juga
menunggu busway , paling gak ada yang bisa diperhatiin atau ada orang yang
bernasib sama dengan kita “menunggu dengan ketidak pastian”.
Seandainya tadi aku bareng teman-teman
mungkin menunggu ini bukan sesuatu yang membosankan. Kalau ada mereka , pasti
ada yang bisa mengalihkan pikiranku.
5 menit
pertama ……….., waktu berlalu tanpa ada
satupun busway yang lewat.
15 menit berikutnya…… , yang lewat Cuma busway
jurusan Kampung Melayu.
Ngerasa nasib diri kayak lagu ini:
“bis sekolah (read busway) yang ku
tunggu-tunggu..
tiada yang datang .
Kutelah lelah berdiri-berdiri ,
menanti-nanti….”
(lanjutan
liriknya lupa neh..)
20 menit berikutnya….. , busway jurusan PGC –
harmoni masih tak kunjung lewat .
Jadi kepikiran sendiri..,
hidup
itu memang untuk menunggu.
Kalau mau makan, nunggu nasi matang.
Kalau
mau mandi, nunggu ada air.
Kalau
mau sholat. nunggu azan.
Kalau
mau wisuda , nunggu skripsi selesai.
Kalau
mau barang dagangan laku, nunggu ada pembeli.
Kalau
mau nikah nunggu jodoh datang.
Pantesan lahir teori antrian dalam riset
operasional (haha.. sepertinya pikiranku mulai ngasal ne)
Akhirnya… datang juga. Bukan busway
seh , tapi akhirnya ada teman juga buat nungguin di shelter (walaupun hanya anak
tetangga, yg penting aku gak sendirian )
Bener kan ! Anak itu langsung nyamperin aku,
tapi kok kepalanya nunduk gitu.?
Jadi pingin nanya tapi takut ntar dibilang sok nyampurin urusan org lain.
Apa mungkin dia menunduk , berdoa biar
busway cepat datang ya??(efek kelamaan menunggu) , tapi sepertinya tidak!!
“Hmm…, Helen kok tampangnya sedih gitu?” aku
memberanikan diri untuk bertanya. Tapi gadis yang kupanggil Helen itu hanya
menggeleng.
“Lagi sedih ya?” tanyaku lagi. Dia mengangguk.
Si Helen ini lagi sariawan ya? Kok pertanyaanku Cuma dijawab dengan anggukan
dan gelengan kepala.
“Kak.., minggu lalu ada test IQ di sekolah ,
hasilnya tadi dah kluar.” Ujarnya tiba-tiba.
“Trus gimana hasilnya?” tanyaku penasaran.
“IQ ku rendah kak, aku jadi minder sama
teman-teman .“
“Ooo…, pantesan auranya suram!” “
“Apa kak?”
“Kagak knapa-napa!” sepertinya Helen tidak menyimak
kata-kataku barusan.
“ Helen.., IQ tinggi tidak menjamin
seseorang itu bakal sukses nantinya dan tidak menjamin seseorang itu bakal
juara kelas .Dalam alquran aja dijelasin kalau Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu berusaha. Bukan karena kaum itu
memilik IQ yang tinggi kan?” Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku.
“Tapi
kak.!!” Helen sepertinya mau protes.
“Ibaratnya
IQ tinggi adalah ember ,IQ rendah itu adalah gayung, ilmu adalah air . maka kamu hanya butuh usaha lebih banyak
dengan gayung yang kamu miliki dibanding temanmu yang memiliki ember untuk
mengisi air ke sebuah Bak yang kosong ! “
Gadis yang baru menginjak kelas 2 SMP ini
mulai tersenyum.
“Dapat kata-kata bijak dari mana kak?”
“Hmm.., dari orang yang sudah merasakan asam
garam kehidupan!hehe..”
“Haha.., by the way , mau ke mana Kak?”
“Ke Harmoni.”
“ Lo.., Busway yang barusan lewatkan
mau ke harmoni kak, Kok kakak gak naik?”
“Ha????” hopeless sendiri. Gara-gara
ada teman ngobrol malah gak merhatiin busway yang lewat.
No comments:
Post a Comment