Siapa bilang mencuri itu dosa? Pasti banyak yang angkat tangan atau malah geleng-geleng kepala karena merasa pertanyaan ini terlalu
sederhana untuk dijawab . Nah.., yang
jadi masalah kalau seandainya hasil dari
pencurian kita memberikan suatu pembelajaran untuk diri kita bagaimana?? Diperboleh
kan tho?? Terlepas dari dosa atau tidak, sebenernya pencurian seperti apa yang
dimaksud si penulis??
MENCURI DENGAR , situsasi yang sengaja
atau tidak sengaja tercipta begitu saja. Istilah kerennya sih NGUPING. Hehe.. Sehingga mencuri dengar yang identik menyimak
pembicaraan atau informasi dari orang lain, menjadikan perbuatan ini mungkin bisa sedikit
ditoleransi. Selama itu tidak mengganggu kepentingan orang lain. J
Lanjut ke cerita yang terjadi di Te Ka Pe..
Suhu Jakarta dan beberapa kota di
dunia ini mengalami situasi yang cukup ekstrem (haha…lebay, gak terlalu panas
mungkin jika dibandingkan di padang
pasir yang ada di negeri seribu unta) , tapi suhu 37 derajat celcius cukup
membuat kepala ini cenat-cenut jika berlama-lama di bawah terik matahari dan
perlu pertimbangan yang matang untuk
keluar rumah.
Karena ada urusan ke Kalibata Si
Pemilik Cerita akhirnya memutuskan diri untuk keluar karena Si Pemilik Cerita
ada urusan penting ke sana. Ketika menstop sebuah angkot biru bernomor 16 ,
sebenarya si Pemilik Cerita ragu-ragu untuk naik angkot tersebut karena angkot itu sepi dan hanya ada seorang
bapak-bapak tua. Kira-kira umurnya 60an. Sesuai azas kewaspadaan , perlu
berhati-hati untuk memilih angkot karena banyak tindakan kejahatan di angkot.
Tapi akhirnya Si Pemilik Cerita tidak perlu cemas lagi karena beberapa puluh
meter kemudian naik sepasang muda-mudi . sehingga jumlah penumpang angkot
menjadi 4 orang. horee…aman!!J.
Awalnya
didalam angkot itu hening sekali . tidak ada yang mengeluarkan suara. Tiba-tiba
Cewek yang duduk disamping Si Pemilik Cerita berteriak sambil memperlihatkan hp
nya ke teman disebelahnya.
Cewek:
“Waa… Sinyo , baca deh sms ini. Keren ya..si Jerry ngelanjutin S2 keluar negri.”
Cowok: “Ah…, biasa aja ! kalau gw mah keluar
negri ogah buat kuliah. Gw Cuma mau keluar negri buat travelling aja. Jalan-jalan
menikmati pemandangan alam.”
Cewek :” Iya..ya, rempong juga kalau kita
kuliah ya nyo. Ntar malah pusing bikin
thesis , kecape’an mikir, jadinya gak
bisa jalan-jalan secara total. Ntar gak
kaffah jalan-jalannya ya nyo!”(ha..?? ni anak tau arti kaffah juga ya? Si
Pemilik Cerita heran sendiri ma kata-kata si cewek. Tapi kok aneh banget
pemakaiannya..??)
Sejak itu Si Pemilik Cerita mencuri dengar perbincangan
muda-mudi tersebut . tetapi Si Pemilik
Cerita pura-pura cuek dengan bersikap sok melamun keluar jendela. Ternyata
bapak tua yang duduk dipojok kanan angkot juga nguping pembicaraan tadi ,
tetapi bedanya Si Bapak Tua tidak bersikap cuek beliau malahan ikutan nimbrung
menimpali komentar Si Cowok.
Bapak tua : “ Eh.. Nak, nama kamu siapa?”
Cowok dan cewek itu saling berpandangan. Mereka
heran kali ya, tiba-tiba disapa sama orang yang tidak dikenal.
Bapak tua: “Kamu! Yang cowok!” tunjuk bapak
tua itu.
Cowok : “ Sinyo , Pak!”
Bapak tua: “ Yah.., kamu Sinyo. Bapak tidak
setuju dengan kalian. Kalau semua generasi muda berpikir seperti kalian mau
jadi apa bangsa ini. Mestinya kalian ke
luar negri itu memang untuk belajar. Kita
ke luar negri itu untuk mengambil ilmu mereka, mengaplikasikannya di Negara kita.
Agar kita untung. Kalau kalian ke luar negri hanya untuk berjalan-jalan , sama
aja kalian membuang duit ke Negara lain. Devisa pariwisata mereka akan
meningkat. Sedangkan kamu tidak dapat apa –apa kan?”
Semua yang ada didalam angkot terdiam
melongo, termasuk Si Pemilik Cerita. Ternyata si bapak tua itu bukan orang
biasa. Sepertinya dia juga berasal dari golongan yang terpelajar. Dan kata-kata bapak itu benar juga.
Cowok : “ Maaf pak , masalah untung rugi itu relativ
Pak. Masalah devisa itu wajar . untuk mendapatkan suatu kepuasan memang perlu
cost yang sebanding. Lagian kalau
jalan-jalan ke luar negri , kita bisa dapat pengalaman baru, trus kalau
dibukukan pengalaman itu bisa menginspirasi dan bermamfaat untuk orang lain
juga kan pak? Lagian banyak juga orang yang kuliah di luar negri , ilmunya
malah dimamfaatkan sama Negara asing! Mereka gak ngasih jasa lebih untuk Negara
ini.”
Waw.., situasi yang cukup panas di
tengah kemacetan kota Jakarta. Si Pemilik Cerita sendiri sebenarnya setuju
dengan keduanya. Masalah keluar negri atau tidak. Menuntut ilmu itu wajib. Dan yang penting keluar negri itu kita harus
mendapat pelajaran baik berupa ilmu atau pengalaman yang bermamfaat dan
nantinya bisa dibagi dan dirasakan oleh
orang lain.
Si Pemilik Cerita yang tadinya sok
cuek malah mengangguk-angguk sendiri. Apesnya.. si bapak tua tadi melihat
anggukan Si Pemilik Cerita dan memaksanya untuk ikut ke polemik yang ada.
Bapak tua: “ Kamu , yang pake jilbab, menurut
kamu pendapat siapa yang lebih tepat? Kalo kamu ke luar negri, lebih baik
kuliah atau jalan-jalan?”
Si Pemilik Cerita : ‘” Hmm…” Si Pemilik Cerita
bingung sendiri , karena dia sendiri setuju dengan keduanya. Tidak ada yang
benar dan tidak ada yang salah.
Cowok : “ Ya mbak.., ? Jawab dunk mbak..!
lebih milih yang mana?” desak si cowok.
Si Pemilik Cerita smakin bingung . Kenapa
situasinya malah berbalik mendesak dia. Merasa di zona abu-abu neh! L
Akhirnya Si Pemilik Cerita menjawab juga.
Si Pemilik Cerita : “ Kalau saya dikasih
kesempatan keluar negri pertama kali , saya bakal milih naik haji dulu pak! Beribadah,
Belajar, dan jalan-jalan. Biar rukun
islam saya komplit .”
ketiga penumpang melongo. Sepertinya jawaban Si
Pemilik Cerita diluar scenario harapan mereka.
Si Pemilik Cerita pun tersenyum puas. Baginya ke luar negri untuk jalan-jalan
adalah keinginan, keluar negri untuk belajar adalah impian . dan keluar negri
untuk baribadah haji adalah kewajiban yang sedang diusahakan.
No comments:
Post a Comment