Adakalanya kita merasa kekurangan di tengah
kelebihan, kesepian ditengah kebisingan, dan kebingungan ditengah ketenangan.
Bukan situasi galau yang kita hadapi, tapi lebih dari itu yaitu ketika kita
merasa berada di “zero point”. Kita merasa tak ada yang istimewa dalam hidup
kita, hingga akhirnya hati kitapun mati rasa untuk merasakan syukur dan
bahagia.
Kita seakan tidak mempunyai tujuan hidup
yang jelas, hanya sekedar mengikuti arus dan mulai melupakan impian dan
cita-cita yang dulu pernah singgah di memori kita. Situasi itu tidaklah terlalu
buruk, jika hanya sekedarnya saja, dan dalam waktu singkat terjadi dalam hidup
kita. Karena setelah menyadari kondisi itu kita langsung melakukan perubahan
(hijrah) dan melakukan kehidupan yang lebih dinamis dan penuh semangat dalam
berbagai kondisi (yang disetiap aktivitasnya ada syukur yang terucap dibibir
dan dihati) maka percayalah!! Hidup seperti itulah yang sepantasnya kita lewati
dan sekaligus juga diimpikan oleh banyak orang.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sekarang??
Dalam upaya untuk melepaskan diri dari “zero point”??
1.
Membiarkan satu pikiran dalam satu waktu.
Bukan berarti kita melupakan masalah dan kepentingan
yang lain, tapi ada kalanya kita butuh untuk konsentrasi dan focus terhadap
sesuatu hal tanpa diganggu pikiran lain yang bisa membuat tingkat kefokusan
kita berkurang, apalagi jika hal itu saling bertentangan dan sangat berat. Dan hal
ini jika dianalogikan dalam beribadah adalah kekhusyukan dalam sholat.
2.
Terima kenyataan bahwa kita berada disini
sekarang.
Tidak ada gunanya menyesali pilihan kita dimasa lalu,
ataupun merasa takut dengan kehidupan kita dimasa depan. Kita hanya perlu
menyadari bahwa saat ini adalah saat yang terbaik dalam hidup kita untuk
melakukan kebaikan dalam pekerjaan dan hidup untuk mendapatkan hidup yang lebih
baik. Dan kurangi berandai-andai dalam kehidupan jika nyatanya dalam actionpun
kita masih kurang.
3.
Tidak lagi memikirkan balas jasa dari
setiap amalan kita.
Istilahnya adalah keikhlasan yang berteman dengan
kepasrahan kepada Allah SWT. Titik dan fase kehidupan yang membuat seseorang
mencapai titik ini adalah orang yang menyadari penuh bahwa hidupnya di dunia
ini adalah sebagai hamba Allah yang senantiasa untuk beribadah kepada Allah.
Ketika kita memberi maka kita tidak akan lagi memikirkan apakah yang dibantu akan
membalasnya? Apakah dia akan menghargainya? Apakah yang diberi bisa berbuat baik
kepada kita? Percayalah Allah punya hitungan timbangan sendiri dalam menilai
amalan dan kebaikan kita.
#Kita disini adalah aku, kamu dan kalian semua termasuk
mereka. J