Nah.., bener kan..!! Abis nulis
tulisan sederhana yang diakui penulis sebagai tulisan yang sedikit cerdas.
Aha…, beberapa detik kemudian dapat inspirasi untuk menulis lanjutan tulisan
yang sebelumnya. Tentang apa?? Ya tentang si Anak dan si emak di edisi “Jadi
Ibu Cerdas”. Disela-sela ngajar, kalau gak salah, waktu itu aku lagi ngajar
matematika. Tiba-tiba Si Anak nanyain
“Kakak dibayar mama sekali ngajar
itu berapa?” tanyanya dengan tampang polos.
Aku mesti jawab apa ya? Si adik nanyanya tiba-tiba sih. Hmm…akhirnya aku
sebutin nominal bayaran aku per pertemuannya. Si adek itu langsung diam. Trus
mencoret-coret angka nominal yang aku sebutkan di bukunya.
“Kak, kalau aku nabung sepuluh ribu tiap hari untuk seminggu ini, berarti
aku bisa bayar mama untuk ngajar aku pas weekend nanti ya..!!” (Tumben,
hitungan matematikanya cepet, biasanya ngitung penjumlahan biasa aja si adek
susah banget, maklum sedikit terbatas si adik dalam hal hitungan..)
Glekk…, makjleb juga kata-kata si
adik. Tetap aja sepertinya si anak pingin ibunya langsung yang ngajarin dia.
Sebegitu berharganya waktu kebersamaan antara anak dan ibu, sampai-sampai si
anak mau membeli waktu ibunya barang sejam atau dua jam saja.
Ya.., walaupun kata orang “anak-anak
ibu kota lebih cuek dengan sekitar termasuk orang tuanya”. Tapi menurut saya
tetap saja fitrah anak itu ingin dekat dengan orang tuanya.
Jangan sampai ketika anak-anak masih
balita, orang tua mengatakan tak ada waktu untuk anaknya. Ketika sang anak
remajapun orang tua tak ada waktu melihat perkembangan mereka. Ketika anak
telah dewasapun, orang tua masih tak punya waktu untuk anaknya. Maka jangan
salahkan si anak, ketika orang tua menjadi tua yang sangat renta, sang anakpun
tidak punya waktu untuk orang tua mereka. Karena mereka tidak belajar arti
perhatian dan kepedulian dari orang tua mereka di sepanjang waktu hidup mereka.
No comments:
Post a Comment