Percakapan di sore hari di
atas Busway sepulang kerja dikala mentari mulai malu-malu untuk pulang
keperaduannya. Dengan meninggalkan lukisan penuh nuansa jingga di angkasa (Alamak..,
bahasanya!!)
“Hidup itu perjuangan Bro!” Katanya
berapi-api.
“Iya, aku tahu.” Ujarku sambil mengangguk
dan tersenyum.
“Apalagi ditengah ibukota ini. Kamu mesti berdiri
diatas kakimu sendiri.” Katanya lagi.
“Iya, aku tahu.” Ujarku lagi.
“Maksudnya bukan berdiri diatas kaki ini,
maksudnya kita harus mandiri. Jangan bergantung sama orang lain. Kamu sendiri
kan tahu kalau hidup di Jakarta ini penuh sikut-sikutan. Kayak kita naik busway
tadi. Jadinya bergerak dan berpikir itu harus cepa,t ketinggalan dan lambat
sedikit saja maka fatal akibatnya.”
“Iya, aku tahu.” Ujarku untuk kesekian
kalinya.
“Hehe.., iya aku tahu mulu neh komentnya!’
bentuk protest yang renyah darinya tentang sikapku yang dari tadi hanya
mengeluarkan 3 kata itu.
“Tapi, walaupun desak-desakan gini untung
kita masih bisa nyandar ya? Jadinya lumayan nyaman.” katanya tiba-tiba.
“Iya,....”kataku.
“Awas lo, bilang iya aku tau lagi!”Ancamnya
padaku.
“Iya, kamu benar. Sekalipun nantinya gak ada lagi dinding di dunia ini untuk bersandar,
masih akan selalu ada tanah untuk bersujud!!” kata itu meluncur lancar dari
mulut ini.
#makjleb.., dia langsung diam terpaku.
“Hei, knapa diam?” tanyaku padanya.
“Keren.., kamu sekali-kalinya ngomong yang
panjang, langsung bikin makjleb gitu!!” pujinya.
“Hahaha..., iya aku tau!” J
Waah ado blog kironyo mah :D
ReplyDeleteBuliah lah saling mengunjungi blog :)
Blog ul : almoehad07.blogspot.com
Monggo.. :D