Ruangan kantor pada sepi, Cuma beberapa
orang staf dan anak-anak magang. Maklum para bos dan beberapa staff sedang
konsinyering ke Bandung (Enak kayaknya, lumayan untuk refreshing skalian
perbaikan gizi euy.. , maklum namanya
juga anak kosan. Hehe.. ngerasa special banget kayaknya kalau nginap di hotel n
gratis. J ). Karena sepi.., kerjaan juga gak lagi
numpuk alias santai. Jadinya kita-kita ngerasa lebih banyak becandanya dari
pada kerja. Hoho.. ketauan banget ya…mentang-mentang gak ada bos. Hehe..
Dari becandaan itu, tiba-tiba lahirlah
sebuah ide yang bisa meningkatkan respon rate masyarakat terhadap survey BPS
sehingga nantinya akurasi data BPS juga bisa meningkat. Nah Lho?? Ada yang bingung ne kayaknya, respon rate itu
apa??
Oo.. respon rate itu tingkat respon
masyarakat atau perusahaan terhadap survey BPS. Karena pada kenyataannya tidak
semua rumah tangga atau perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam setiap
survey BPS siap dan bersedia menjadi
responden. Alhasil akan ada kuesioner yang akan kosong.
Nah.., Dari sumber salah satu kasubdit XXX
di BPS Pusat, respon rate untuk survey BPS secara umum tampaknya mengalami
penurunan. Hal ini mungkin disebabkan
karena berbagai hal. Misalnya: karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah secara umum dan BPS khususnya, masih kurang sadarnya masyarakat
tentang arti pentingnya data dalam pembangunan dalam upaya mencerdaskan bangsa,
rendahnya kepedulian beberapa perusahaan
terhadap data. Dan saat ini BPS sendiri sedang mengevaluasi diri untuk bisa
mencari solusi untuk setiap permasalahan. Nah back to the topic ya, maklum
kalau disuruh mikir berat untuk nyelesaiin masalah negri ini dalam semalam
sepertinya mustahil juga ya!! lanjutan cerita tadi gimana??? Oya..
Nah.., Ceritanya berawal dari salah seorang
teman yang sedang mengisi survey online (Maklum kalau anak statistic itu,
mainannya di internet itu survey on line). Survey ini gak cuma-cuma, yang ngisi
survey bakal dapat point dan dari point yang dikumpulkan bakal didapatkan
vocher lumayan beberapa ratus ribu di gramedia, JCO, matahari, carefour, de el
el. Lumayan kan.., kayak iseng-iseng ngisi survey sambil membunuh waktu dengan
hal yang bermanfaat skalian nabung duit juga kan. Survey pun via email. Jadi
sebenarnya dari pada FB atau twitteran mending ngisi survey kan?? Hoho statistik
banget.
Tiba-tiba kepikiran.., seandainya setiap
survey BPS ada point yang diberikan untuk masyarakat dan setelah sampai pada
point tertentu maka masyarakat bisa menukarkannya berupa voucher bahan sembako
atau BBM sepertinya respon rate akan meningkat. Karena ada yang didapatkan
langsung oleh masyarakat dari partisipasi mereka terhadap survey BPS. Dan
skalian meringankan ekonomi masyarakat juga kan.. terutama yang ekonominya
menengah kebawah. Malah bisa-bisa mereka berbondong-bondong jadi responden BPS
(My Dreams).
Bayangkan!! Dengan beratus-ratus survey setiap
tahunnya dan 3 Sensus Akbar BPS, berapa point yang bisa dikumpulkan?? Banyakkan..hmm
tapi…, masalahnya sekarang, mau ngedapetin dananya dari mana??? Duit negara?
Sepertinya peluangnya kecil sekali karena dana untuk ketersediaan data dari
APBN saja tidak bisa dikatakan cukup. Jadi, apa perlu cari sponsor??? Nah..,
susah juga kan, kalau instansi yang independent punya sponsor.
Keindependenannya nanti malah dipertanyakan..
Ya.., mungkin untuk dalam waktu dekat
imajinasi dan ide ini belum bisa terealisasi, moga beberapa tahun lagi ide ini
bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan respon rate sekaligus
kualitas data BPS. Aminn..
No comments:
Post a Comment